Apabila melihat sejarahnya, masjid pertama yang didirikan oleh nabi Muhammad SAW bernama masjid Quba. Bentuknya sangat sederhana, denah segi empat dengan dinding-dinding di sekelilingnya. Masjid ini dijadikan orientasi atau pola dasar yang utama bagi masjid-masjid sesudahnya.
Pola masjid Quba adalah masjid lapangan, yaitu adanya lapangan sebagai unsur utama di bagian tengah denah yang dikelilingi dinding sebagai pembatas bagian luar masjid. Salah satu di bagian dinding masjid yaitu dinding pada arah Mekah (kota tempat kedudukan Ka’bah) terdapat sedikit penonjolan dan agak ditinggikan. Tempat ini biasa digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dakwah dan mempimpin umat bersembahyang. Dalam perkembangan selanjutnya, ruangan khusus ini berubah bentuk menjadi semacam relung atau ceruk yang menunjukkan arah kiblat (Ka’bah) dan kemudian dikenal dengan nama mihrab. Sedangkan didekatnya yaitu tempat duduk Nabi diberi nama mimbar.
Masjid ini juga mengalami perluasan, Dalam buku berjudul Sejarah Madinah Munawwarah yang ditulis Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani, dijelaskan masjid ini direnovasi besar-besaran pada 1986.
Kala itu, Pemerintah Arab Saudi bahkan mengeluarkan dana hingga 90 juta riyal Saudi untuk memperluas masjid ini yang nantinya bisa menampung 20 ribu jamaah yang mengunjunginya.
Dalam sejarah yang dituliskan, tokoh Islam yang memegang peranan penting dalam pembangunan masjid ini adalah Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu lanhu.
Ketika Rasulullah SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah, pria ini mengusulkan untuk membangun tempat berteduh bagi sang Nabi di kampung Quba yang tadinya hanya terdiri atas hamparan kebun kurma.
Kemudian, dikumpulkanlah batu-batu dan disusun menjadi masjid yang sangat sederhana. Meskipun tak seberapa besar, paling tidak bangunan ini bisa menjadi tempat berteduh bagi rombongan Rasulullah. Mereka pun bisa beristirahat kala siang hari dan mendirikan shalat dengan tenang.
Rasulullah SAW meletakkan batu pertama tepat di kiblatnya dan ikut menyusun batu-batu selanjutnya hingga bisa menjadi pondasi dan dinding masjid.
Rasullullah SAW dibantu para sahabat dan kaum Muslim yang lain. Ammar menjadi pengikut Rasulullah yang paling rajin dalam membangun masjid ini. Tanpa kenal lelah, ia membawa batu-batu yang ukurannya sangat besar, hingga orang lain tak sanggup mengangkatnya.
Ammar mengikatkan batu itu ke perutnya sendiri dan membawanya untuk dijadikan bahan bangunan penyusun masjid ini. Ammar memang selalu dikisahkan sebagai prajurit yang sangat perkasa bagi pasukan Islam. Dia mati syahid pada usia 92 tahun.
Pada awal pembangunannya yang dibangun dengan tangan Rasulullah sendiri masjid ini berdiri di atas kebun kurma. Luas kebun kurmanya kala itu 5.000 meter persegi dan masjidnya baru sekitar 1.200 meter persegi. Rasulullah sendiri pula yang mengkonsep desain dan model masjidnya.
Meskipun sangat sederhana, Masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk masjid-masjid selanjutnya. Bangunan yang sangat sederhana kala itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Masjid ini telah memiliki sebuah ruang persegi empat dan berdinding di sekelilingnya. Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang.
Dulu, ruangan ini bertiangkan pohon kurma, beratap datar dari pelepah, dan daun korma yang dicampur dengan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn terdapat sebuah sumur tempat wudhu.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Quba